Setelah lebih dari dua tahun wisata alam di Taman Nasional Way Kambas ditutup untuk umum akibat merebaknya pandemi Covid-19. Kesempatan ”istirahat” tersebut dimanfaatkan oleh pengelola Taman Nasional Way Kambas bersama masyarakat desa penyangga untuk berbenah. Direncanakan padatanggal 20 Desember 2023 wisata alam di taman nasional yang berada di Provinsi Lampung ini akan dibuka kembali (re-aktivasi) dengan konsep baru yang mengedepankan sustainability, animal welfare, dan community empowerment, serta lebih interaktif dengan beragam pilihan aktivitas wisata alam.
Konsep baru wisata alam di Taman Nasional Way Kambas mengintegrasikan wisata desa yang dikelola oleh masyarakat yaitu kuliner dan budaya dengan wisata alam yang ada di kawasan Taman Nasional Way Kambas seperti trekking, bird watching, susur sungai, memberi makan dan memandikan gajah, serta menikmati keunikan dan keindahan alam di dalam kawasan. Guna melihat kesiapan Balai Taman Nasional Way Kambas dan masyarakat desa penyangga menjelang re-aktivasi wisata alam Taman Nasional Way Kambas, sebanyak 26 orang dari Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi pada hari Sabtu 2 Desember 2023 melakukan simulasi kegiatan wisata alam. Simulasi dimulai dengan memesan paket wisata Desa Penyangga Braja Harjosari dan Desa Labuhan Ratu IX yang terkoneksi dengan wisata alam Taman Nasional Way Kambas. Rombongan dibagi ke dalam dua kelompok dan menginap di homestay yang merupakan rumah-rumah penduduk di Desa Braja Harjosari dan Desa Labuhan Ratu IX.
Nuansa Bali yang sangat kental terlihat dari tampilan khas rumah-rumah warga Desa Braja Harjosari lengkap dengan padma sana yaitu tempat ibadah agama Hindu yang terletak di depan rumah. Ini merupakan hal menarik yang pertama tertangkap mata saat memasuki gerbang desa. Demikian juga rumah-rumah bernuansa Jawa bertiang dua juga menjadi daya Tarik ketika tiba di Desa Labuhan Ratu IX.
Paket wisata Desa Braja Harjosari diawali dengan perjalanan menggunakan mobil pick up bak terbuka melintasi savana milik warga. Dari atas mobil mata disuguhi pemandangan puluhan ekor sapi sedang merumput. Mobil berhenti di sisi Sungai Penet yang merupakan batas antara lahan masyarakat dengan kawasan Taman Nasional Way Kambas. Para penumpang turun dari mobil beralih menggunakan getek atau rakit dari papan kayu yang ditarik dengan tali tambang, menyeberangi sungai dangkal dipenuhi eceng gondok. Sungai selebar 10 meter ini mengantarkan rombongan menuju jalur trekking di dalam kawasan. Pada bulan April – Mei setiap tahunnya air sungai ini lebih dalam sehingga dapat menyuguhkan satu atraksi wisata menarik lainnya yaitu susur sungai menggunakan perahu wisata bermotor sepanjang 1,5 km menuju hilir.
Setelah berjalan menyusuri jalur sepanjang satu kilometer sambil sesekali menikmati keindahan burung-burung liar yang melintas, rombongan tiba di satu tempat yang disebut Camp Eru. Di tempat ini terdapat satu pondok kayu mengarah ke savana yang terletak di sisi lain parit panjang yang memisahkan dengan hamparan savana di sebrangnya. Parit tersebut juga berfungsi sebagai pembatas agar gajah liar tidak dapat menyeberang. Rombongan beristirahat sejenak di pondok kayu menikmati suguhan kopi sembari mengamati gajah-gajah yang sedang merumput di savana ditemani para mahot-nya. Gajah-gajah yang sedang merumput tersebut adalah gajah-gajah terlatih yang bertugas untuk menghalau gajah liar yang memasuki area perbatasan kawasan untuk kembali ke dalam hutan.
Puas mengamati gajah, rombongan kembali menuju desa untuk mengunjungi Kelompok Tani Hutan Wana Tirta. Kelompok ini mengelola ternak madu lebah trigona yang menghasilkan madu klanceng. Di sini rombongan mendapatkan penjelasan tentang tata cara beternak lebah madu trigona dan berkesempatan mencicipi madu langsung dari propolis atau sarangnya. Nikmat sekali menyesap madu murni manis yang menimbulkan sensasi tubuh terasa segar kembali setelah melakukan aktifitas sejak pagi.
Perjalanan wisata masih berlanjut dengan mengunjungi agrowisata tanaman buah honey melon. Melon ditanam dalam beberapa green house yang berjejer rapi. Seyogyanya wisatawan dapat menikmati buah melon matang dengan membelinya. Namun sayang sekali pada perjalanan kali ini rombongan belum berkesempatan menikmati buah melon.
Menjelang sore setelah istirahat, perjalanan wisata dilanjutkan dengan mengunjungi Pusat Lektur Gajah (PLG) yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas. Dengan menggunakan mobil, rombongan menuju rest area di Desa Labuhan Ratu VI seluas 2 hektare. Semua mobil harus diparkir di rest area. Dari tempat parkir, rombongan menggunakan kendaraan wisata berupa mobil bak terbuka, badan mobil berhiaskan lukisan satwa. Mobil dilengkapi dengan deretan kursi yang berbaris menghadap ke depan dan atap.
Seiring bergesernya konsep wisata dari Pusat Latihan Gajah menjadi Pusat Lektur Gajah, maka atraksi menunggang gajah sudah tidak diperbolehkan lagi karena melanggar animal welfare dan juga berpotensi menimbulkan kecelakaan bagi wisatawan. Interaksi wisatawan dengan gajah tetap dapat dilakukan dengan diampingi para mahot. Pengunjung dapat menyentuh, memandikan, dan memberi makan gajah sambil menikmati suasana saat tenggelamnya matahari di garis horizon savana. Di area ini juga terdapat pelataran yang dilengkapi dengan kursi dan meja. Meja-meja dipenuhi suguhan air minum, kopi dan teh, serta cemilan berupa kacang, jagung, pisang dan umbi-umbian yang disediakan untuk rombongan. Kapan lagi menikmati senja sambal menyeruput kopi hangat sambil mengamati gajah-gajah di savana berlatar langit yang mulai jingga menjelang matahari terbenam?. Pada kesempatan ini Direktur PJLKK beserta rombongan memberikan saran dan masukan berdasarkan pengalaman simulasi perjalanan wisata yang baru selesai dilakukan kepada para pengelola wisata alam Taman Nasional Way Kambas untuk dilakukan penyempurnaan sebelum hari H re-aktivasi tanggal 20 Desember 2023 mendatang.
Malam menjelang, langitpun mulai redup. Rombongan meninggalkan pelataran PLG menuju kenderaan wisata yang indah dengan cahaya lampu yang berwarna warni di dalamnya. Kendaraan wisata bergerak keluar meninggalkan kawasan Taman Nasional Way Kambas kembali menuju rest area dengan membawa kesan dan kenangan dari perjalanan wisata alam Taman Nasional Way Kambas.